Puguh Winanto
sumber: destructoid

NKRI merupakan tempat berpadunya keanekaragaman dan perbedaan. Suku. Bahasa daerah. Agama. Partai Politik. Warna Kulit. Karakter. Pilihan Capres-Cawapres. Falsafah Bhineka Tunggal Ika merupakan benang merah yang disepakati untuk merajut perbedaan yang bertebaran menjadi satu kesatuan.

Perbedaan ada yang given. Ada juga yang muncul sebagai konsekuensi atas aktifitas fungsi akal. Tentang perbedaan warna kulit dan bahasa di dunia, Tuhan menyebutkannya sebagai tanda kebesaran-Nya [ar-Rum: 22]. Adapun perbedaan seperti pilihan Capres-Cawapres menjadi pertimbangan masing-masing berdasar program, kepribadian atau track record.

Manusia dibekali hardware berupa otak dan akal sebagai softwarenya. Dengan akal memungkinkan manusia berpikir dan merespon seruan-Nya "afalaa ta'qilun" [al-Baqarah: 44], "afalaa tatafakkarun" [al-An'am: 50], "afalaa yatadabbarun" [Muhammad: 24]. Karunia akal membuat kemungkinan perbedaan selalu muncul.

Jangankan untuk lingkup negara yang sedemikian luas, antara anak dan bapak atau ibu dengan bapak seringkali muncul perbedaan. Masing-masing memiliki tesis tentang apa yang benar. Bisa jadi, simpulan tentang kebenaran sama dengan apa yang dipikirkan orang lain. Bisa jadi juga, ada orang lain yang memiliki perbedaan simpulan mengenai kebenaran.

Semakin beragamnya khasanah pemikiran maka semakin banyak pilihan untuk menyikapi realitas. Di situlah letak rahmatnya perbedaan. Perbedaan fiqh, memungkinkan munculnya alternatif pilihan dalam mengusap kepala saat berwudhu berdasar dalil naqli "wamsahu biru'usikum" [al-Maidah: 6].

Madzhab Syafi'i menginterpretasikan frasa tersebut dengan mengusap sebagian kepala. Sedangkan Madzhab Maliki menafsirkannya seluruh rambut/kepala. Dari sudut epistemologi, perbedaan pemikiran memperkaya kajian ilmu di bidang fiqh. Fiqh kemudian menjadi disiplin ilmu yang menarik dipelajari, dibandingkan antara yang satu dengan yang lain.

Perbedaan tidak harus dipaksakan untuk diseragamkan. Yang tiap hari bicara dengan bahasa sunda biar saja tetap berbahasa sunda. Yang tiap hari berbahasa papua, tetap berbahasa papua. Bahwa ada 1 bahasa yang perlu disepakati bersama sebagai bahasa komunikasi nasional, itu soal teknis menjembatani komunikasi antara orang yang berbeda bahasa ibu.

Perbedaan menjadi rahmat manakala masing-masing berjiwa lapang. Tenggang rasa. Tidak memaksakan orang lain untuk sama. Kalau toh akan mempengaruhi pemikiran orang lain, maka dengan cara yang fair dan rasional. Perbedaan menjadi friksi manakala disikapi dengan pemaksaan, kebencian dan sikap tidak toleran.