Puguh Winanto
sumber: liputan6.com


Ketika berada dalam pesawat menuju Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta siang kemarin, istri bertanya; “Kenapa ada laki-laki baik yang berpoligami tanpa izin istri pertama?” Rupanya, ada laki-laki yang dikenalnya baik berpoligami tanpa seizin istri pertama.

Saya jawab dengan cerita. Ada seorang suami menikah lagi secara sirri tanpa izin istri pertama. Awalnya istri tidak tahu suaminya menikah kembali. Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. Setelah lebih dari 5 tahun menyembunyikan pernikahan kedua, akhirnya ketahuan istri pertama.

Istri pertama bertanya “Kenapa menikah lagi?” Suami menjawab karena tidak memperoleh kasih sayang dan perhatian yang semestinya didapat. Istri seringkali pergi ke luar kota untuk kepentingan pekerjaan dalam waktu lama. Padahal secara finansial suami mampu memenuhi.

Suatu saat suami bertemu wanita yang menurutnya lebih mampu memberi kasih sayang, mau menemani makan malam, mau memotongkan kuku jarinya. Suami merasa cocok dengan wanita itu lalu menikahinya.

Dia tidak izin kepada istri pertama untuk berpoligami sebab jika izin menurutnya tidak bakal diperbolehkan. Wajar saja. Istri menginginkan memiliki suami seutuhnya. Tanpa berbagi dengan wanita lain. Sehingga, jika suami ingin menikah lagi tentu amat berat bagi istri menyetujuinya.

Cerita itu tidak serta merta menyimpulkan seluruh laki-laki yang berpoligami karena faktor istri tidak dapat menjalankan kewajibannya dengan baik. Bisa saja istri telah menjalankan kewajiban dengan baik namun suaminya berpoligami.

Atas cerita itu saya dan istri sependapat fenomena poligami tanpa izin istri pertama perlu dijadikan warning sekaligus pelajaran. Suami bepoligami karena tidak mendapatkan sesuatu yang diingini. Sebab itu, mengomunikasikan ‘hal yang disukai’ dan ‘hal yang tidak disukai’ penting untuk selalu dilakukan.

Istri terkadang berkontribusi atas poligami yang dilakukan suami karena mengedepankan kepentingan pribadi ketimbang mengurus suami. Imbas terpahitnya suami mencari wanita lain yang lebih mau memahami keinginan dan kebutuhannya.